IF
***
Boyfriend or bestfriend?
***
Boyfriend or bestfriend?
***
Author: Lucky Spazzer
Author: Lucky Spazzer
Genre:
Romance, Friendship, Sad
Cast:
~Hwang Mi Young
~Hwang Mi Young
~Kim
Taeyeon
~Park
Chanyeol
Length: Drabble
Taeyeon-Tiffany, siapa yang tidak
kenal? Dua sahabat sejati sejak bumi tercipta, sampai pada dunia berakhir. Dua
mahasiswi yang terkenal oleh kecantikan, kepintaran, dan juga keramahan mereka.
Sahabat yang melekat kuat, tak mampu dipisahkan oleh tsunami, mereka
benar-benar tidak bisa digantikan. Tapi, hanya satu yang kini membedakan dua
sahabat itu, Taeyeon tidak punya pacar sedangkan Tiffany sudah punya.
Mungkin, semua orang menduga dengan
adanya Chanyeol dalam Locksmith( nama sahabat untuk Tiffany-Taeyeon ),
Locksmith akan hancur begitu saja. Gembok dan kunci yang akan selamanya dan
terikat erat akan musnah begitu saja. Kunci dicabut dan ditemukan oleh kunci
yang baru, dan akhirnya mereka berdua meninggalkan gembok tanpa mempedulikan,
tapi sebenarnya itu tidak terjadi. Tapi bagaimana jika...,
Iya?
Akankah janji yang dibuat oleh
Locksmith hancur dan akhirnya terhempas oleh tembok cinta yang dibangun kokoh
oleh Tiffany-Chanyeol? Sedangkan Taeyeon hanya bisa menatap pilu tembok cinta
yang dibangun kokoh itu? Menghancurkan cinta antara sahabatnya dan Chanyeol?
Itu jahat, dan ia tak akan begitu.
Pagi itu adalah pagi yang cerah di
Seoul University, tampak beberapa murid sibuk pada diri sendiri, apalagi kelas
Taeyeon-Tiffany, akan ada ulangan Matematika yang melelahkan dan menguras otak.
“Tiffany!” teriak seorang Taeyeon,
dengan wajah bocahnya yang periang, ia mampu dinilai sangat childish. Gadis itu dengan polosnya
menuju Tiffany-Chanyeol, yang sedang saling bercerita. “Tadi untung kau
menelponku tidak bisa menjemputku, jadi aku tidak perlu dihukum oleh Songsaenim
Seng-Kyu,” kata Taeyeon.
“Hehehe,” cengir Tiffany masam.
“Kamu jadi kesini dengan apa, dong? Bukannya kau tak punya kakak, adik, atau
orangtua yang bisa mengantar? Saudara sepupu? Adakah orang yang kau temui? Atau
diam-diam kau punya pacar, ya?” selidik Tiffany banyak tanya.
“Bukan semua, aku naik bus,” kata
Taeyeon.
“Tidakkah ada pikiran diotakmu
ingin punya pacar?” tanya Tiffany. Ia bingung, mengapa sahabatnya itu tidak
pernah terpikirkan mempunyai namja, padahal ia cantik. Mungkin karna
kepolosannya, banyak namja-namja kurang menyukainya. Atau..., banyak dari
mereka yang mencintai Taeyeon tapi tidak berani menyatakannya karena ada
Tiffany?
“Gak ah,” kata Taeyeon. “Buat apa?
Gak ada pentingnya, kok,” tukas Taeyeon. Buat
apa pacar? Apa gunanya? Memangnya dia bisa melakukan semua hal yang bisa membuatku
tersenyum atau tertawa? Dia hanya pendamping hidup, kan? batin Taeyeon.
“Tapi, itu untuk masa depanmu!”
kilah Tiffany.
“Eh? Masa depanku?” tanya Taeyeon
polos. Sebenarnya, semua mengira Tiffany lebih tua daripada Taeyeon, padahal
itu berbanding balik dari yang dikira. “Apa maksudmu?”
“Menjadi suamimu, hehehe,” nyengir
Tiffany. Taeyeon berdecak, ia kira apa, ternyata hanya itu-ia mengeluh.
“Fany, bisa gak, temani aku beli
sweater untuk musim dingin?” mohon Taeyeon. “Sweater-ku sudah pada rusak, come’on! Kumohon, ya!” pinta Taeyeon
berusaha menunjukan aegyo terbaik
yang ia bisa. Tiffany menghela nafas-Taeyeon tahu arti dari helaan itu,
penolakan yang menusuk hatinya.
“Tidak bisa,” kata Tiffany.
“Wae?” tanya Taeyeon berselidik.
Tiffany tak mungkin menolak keinginannya semudah itu, ia punya alasan penting.
Apalagi menolak membelikan sweater, yang sebetulnya benar-benar IA BUTUHKAN!
“Ya..., ada acara keluarga,” kilah
Tiffany. Ia berusaha bertampak santai, ia tahu Taeyeon tidak semudah itu untuk
dibodohi.
“Benarkah?” tanya Taeyeon berhasil
membuat Tiffany kembang kempis saking bingung harus mengelak apalagi. “Aku tahu
kau bohong, apa, Tiff? Kekekeke, aku bukan hantu atau penjahat, kok,” tawa
Taeyeon hambar. Semua tahu, itu bukan tawa seorang
Taeyeon.
“Baiklah, aku menyerah, kau terlalu
sulit untuk dibodohi seorang Tiffany,” kata Tiffany, “ya, sebenarnya ini sudah Anniversary hubunganku dan Chanyeol,
kami berniat merayakannya dengan pesta kecil dirumahnya. Berbagi kue, menuju
Lotte World, dan akhirnya berkencan disebuah restoran mewah.” Sebenarnya, itu
adalah ‘kencan’ yang layaknya seorang bangsawan tingkat atas. Seperti
konglemart saja, itu yang ada dibenak Taeyeon. Tapi, yang keluar dari mulut
Taeyeon bukan ada yang dibenaknya. Yang sudah benar-benar menusuk hatinya
sepenuh hati.
“KAMU ITU PILIH SAHABAT ATAU PACAR,
SIH?! APA AKU HANYA ASAP LEWAT DIMATAMU, TIFFANY?!?” bentak Taeyeon miris. Dari
setiap penekanan pada katanya, ada sebuah kesedihan terbentuk, kesedihan yang
sangat banyak. Kesedihan yang sudah tak bisa dibendung oleh matanya, air penuh
kesedihan itu mengalir deras. Miris. Semua orang yang melihatnya sungguh,
mereka sangat menggangap Taeyeon dalam keadaan yang begitu sengsara, sahabatnya
memilih pacarnya.
“Tentu pacar, apa gunanya sahabat?”
tanya Tiffany dengan polos, tanpa mempedulikan air yang dengan deras membasahi
pipi indah Taeyeon. Sungguh, kata Tiffany dialurkan tanpa sekalipun ada
penyesalan, hanya datar tanpa rasa belas kasih untuk keadaan Taeyeon, sungguh,
apa yang merasuki seorang Tiffany? Semua orang menganga.
“Tiffany! SAHABAT JUSTRU LEBIH ‘BAIK’ DARIPADA PACAR! KAU MUNGKIN PUNYA
SERIBU TEMAN, TAPI MEREKA TAK ADA GUNANYA UNTUKMU! SATU SAHABAT LEBIH BAIK
DARIPADA SERIBU TEMAN! INGAT ITU!” Taeyeon menekan setiap katanya, ia sungguh
marah, tetesan air sudah benar-benar meluas dipipi mulus Taeyeon. Sungguh,
ingin digampar pipi Tiffany saat itu juga. “Apa gunanya kau?! Sahabat tak
berguna!” Taeyeon pergi, ia benar-benar menyusut saat itu, ia merasa, tak ada
Tiffany yang akan menemaninya.
Locksmith sudah benar-benar hancur.
***
IF
***
IF
***
“Tiffany, apakah kau memilih aku,
atau Taeyeon?” tanya Chanyeol berusaha menanyai pacarnya, ia benar-benar tidak
enak oleh sikap Tiffany yang acuh tak acuh pada sahabatnya, ia merasa bersalah
pada Taeyeon. Sungguh, ia pun ingin menggampar Tiffany yang masih cuek, seolah
tak tahu apa keadaan miris Taeyeon. Tiffany, seolah-olah tidak peduli.
Seolah-olah Taeyeon hanya angin yang berbentak padanya, seolah-olah hanya iblis
yang tidak perlu diuruskan. HANYA ANGIN.
“Kau,” jawab Tiffany. “Kenapa?
Masalah? Bukannya harusnya kau senang bila aku membela kau daripada Taeyeon?”
tanya Tiffany.
“Fany...,” pekik Chanyeol. “Kau...,
gak apa-apa, kan?”
“Ih, Yeollie!” kata Tiffany gemas.
“Memangnya aku siapa, sih? Kau takut banget, aku memang Hwang Mi Young, kok.”
“Tiffany, i’m sure, it’s not you!” kata Chanyeol.
“Ya sudah kalau gak percaya,” kata
Tiffany kesal, “bye!”
Itu bukan Tiffany.
***
IF
***
IF
***
Sejak Locksmith hancur, seolah-olah
sekolah tak punya penerang apa-apa. Tiffany selalu datar dan cuek, entahlah,
tanpa ada sebab tertentu. Tapi, semua orang memusuhi gadis itu, dan gadis itu
menjadi pendiam. Semua orang memihak Taeyeon. Taeyeon sendiri dikabari mogok
sekolah karena trauma oleh sikap Tiffany, mungkin ia perlu satu minggu dan itu sangat
mengecewakan banyak orang. Terutama; Songsaenim Hee-San, anak bintangnya mogok
sekolah hanya karena Tiffany bilang ‘apa gunanya sahabat’. Sungguh, Taeyeon
merasa tertusuk oleh beribu pisau tajam.
Tiffany masuk ke sekolah dengan
cuek, walau semua orang meliriknya sengit. Sejak hari marahnya seorang Taeyeon,
Tiffany sering mendapat pesan kertas tanpa majikan diloker miliknya, seperti Jelek!, Apa sih, salah Taeyeon sampai kau begitu padanya? Tidakkah ada belas
kasih untuknya?, atau kalimat buruk lainnya yang sering membuat Tiffany
menitikkan air mata. Seolah-olah sekolah ini memusuhinya, dan hanya ada ‘satu’
orang yang mau menemaninya, dalam suka maupun duka, Chanyeol. Apakah itu
penyebab Tiffany memutuskan memilih ‘pacar’ dibanding ‘sahabat’? Tapi, Tiffany
memang berotak buntu, ia tidak tahu masa lalunya, yang dipenuhi oleh warna
karena seorang Taeyeon, hidupnya yang penuh tawa karena Taeyeon. Seolah-olah,
bayang itu sirna dan terhapus. Masa lalunya seolah-olah diisi oleh Chanyeol,
tak ada Taeyeon dalam kehidupannya. Apakah gadis itu lupa, apa masa lalunya?
Apakah ia buta karena kasih sayang? Buta karena cinta? Ya.
Tiffany POV
Kurapatkan jaket pada tubuhku,
jujur, inikah yang namanya... Dimusuhi? Mungkin kalian pernah punya musuh. Tapi
tidak sebanyak aku, jujurkah! Musuhku adalah SEMUA ORANG DISEKOLAH. Seolah-olah
disekolah ini aku tidak ada apa-apanya. Apa salahku hingga mereka semua memihak
Taeyeon daripada aku? Apakah ini yang disebut ‘adil’? Tidak, ini bukan sebuah
keadilan yang semestinya, seolah-olah mereka meng-‘anaktiri’-kan antara aku dan
juga si Taeyeon. Seolah-olah aku debu yang harus disapu jauh-jauh dan tidak
boleh kembali, tapi aku tertiup kembali sehingga mereka harus menyapuku
kembali.
Handphone-ku berbunyi, ada sesuatu
yang tidak beres-itu yang ada dibenakku. Tidak, itu bukan ‘sesuatu’ yang tidak
beres. Chanyeol mengirimkan pesan padaku, seperti ini bunyinya: ‘Tiffany, siapa masa lalumu? Aku, apa ada
orang yang lain? Yang mewarnai hidup kau? Pikirkan, Fany, berikan jawabannya
padaku. BESOK. Kutunggu, kau harus secepatnya berpikir. Ini mengenai ‘sesuatu’.
Tiffany, aku sangat senang bila kau tidak mengabaikan pesan ini, apa alasanmu
bilang sahabat tak berguna? Pikirkan sekali lagi’.
Sungguh, kurasa Chanyeol
seolah-olah ‘turut’ memihak Taeyeon. Apa aku pantas ditendang oleh kaki mereka?
Chanyeol memihak Taeyeon, tapi ia masih punya kasih sayang padaku, apa dia
menyimpan suatu rasa pada Taeyeon? Sehingga ia mengirim pesan padaku? Dengan
cepat kujawab dengan sengit.
‘Yeollie, apa kau suka Taeyeon? Mengapa kau menanyakannya? Sadis, ya,
nyaris semua orang disini membenciku. Apa kau juga, Yeollie? Apakah kau iya?’
Aku melempar asal handphone-ku
dalam tas, lalu aku segera me-resleting
tasku, sungguh, apakah aku benar-benar dibenci semua orang disini? Apakah aku
tak boleh mendapat secerca kasih sayang dari mereka semua? Tidak bisakah? Apa
hidup mereka tergantung oleh adanya Locksmith? Bila iya, mereka benar-benar
tidak punya tujuan hidup!
“Hei, Tiffany! Kau seenaknya saja
ya, memaki Taeyeon seperti itu! Apa salah gadis seperti itu, sih?” hina seorang
gadis, gadis itu berambut cepak. Lalu ia melempariku dengan sebuah jamur warna
cokelat. Aku melemparnya, tepat pada kakinya. Lalu ia mendatangiku dan langsung
memasukan jamur itu pada mulutku. Perutku mual dalam seketika. “Ini pantas
untuk anak kurang ajar sepertimu!”
Ya ampun, jamur itu seperti jamur
beracun! Aku muntah ditempat, ya ampun, perutku sangat mual. Chanyeol yang
hanya melihat setengah aksi murid berambut cepak( yang ternyata sunbae-ku )
langsung menuju ruang guru, melaporkan apa yang ia lihat. Seiring aku berjalan,
semua melirik jijik padaku. Tanpa aku sadari, sebuah air menetes dari pelupuk
mataku, ya ampun. Aku menyadari bahwa aku menangis, aku terlihat lemah
dihadapan mereka. Sungguh, dunia benar-benar tidak ada adilnya padaku.
“Lihat, gadis itu! Hen Soo, kau
baru melakukan apa?” cemas gadis berambut kriwil menuju gadis berambut cepak.
Gadis yang disebut Hen Soo tertawa renyah.
“Kumasukan jamur yang kumasak
gosong ditaburi garam padanya, dia muntah, hahaha,” tawa gadis yang baru saja
menyiksaku, Hen Soo. Tiba-tiba saja Chanyeol datang, ia datang dengan
terengah-engah.
“Maaf aku terlambat, aku ada
urusan,” mohonnya. Aku mengganguk. Mukaku kuyakini sangat pucat, melebihi
mayat. “Tiffany? Fany? Bagaimana bila kita ke UKS?”
Tapi..., pandanganmu, berakhir dan
aku merasakan ada yang beda padaku.
***
IF
***
IF
***
Yang kuingat sekarang aku pingsan
dan lalu menuju sini. Kulihat dua gadis bermain bersama, yang satu bermuka
polos seperti bocah, layaknya seorang Taeyeon, dan satunya gadis dengan eyesmile yang serba suka warna merah
muda, sepertiku. Mereka bermain bersama, dengan riang. Aku termanggu, ingin
kutanyakan, aku dimana. Tapi bayang kedua gadis itu, seperti ada dipelupuk masa
laluku. Aku terdiam, mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi. Aku menepuk
bahu gadis itu. Tapi, tanganku menembusnya... Aku.. Sudah... Mati?!
Belum, kuyakin belum! Aku menuju
gadis itu, terduduk, membiarkan dunia menceritakan apa yang terjadi sekarang.
Mereka akan menjelaskannya, sebentar lagi, aku melihat saksama, gadis yang
polos, seperti pengisi hidupku. Dan, aku tahu kita dimana. Dirumah appa dan
eomma-ku yang dulu.
“Hahaha, Taeyeon, kena kau!” teriak
gadis yang berpakaian serba pink. Aku termanggu, panggilan kecil itu, seperti...,
panggilanku dalam masa kecilku!
“Hish, Hwang Mi Young! Kau
menyebalkan!” gadis yang disebut Taeyeon merenggut imut, tunggu, Hwang Mi
Young? Itu, NAMAKU! Jadi, gadis yang seperti monster merah muda itu adalah
...., AKU. Taeyeon kecil terkekeh, Taeyeon..., ia adalah pewarna hidupku.
“Jangan panggil aku begitu,
Tae-aah!” bentak Tiffany kecil. Aku menitik, aku salah memilih, pendamping
hidupku dan perias hatiku bukan Chanyeol. Tapi Taeyeon.
“Hehehe, kau nakal sih!” kata
Taeyeon sembari menjulurkan lidahnya. Aku seperti terbang meninggalkan mereka,
tiba-tiba, aku baru ingat. Ini masa
laluku, yang berwarna.
***
IF
***
IF
***
“Kau sudah sadar, Fany-aah?”
Sapaan lembut menanti, aku tahu
suara manis siapa itu. Yang baru saja melesat dalam bayangku, itu seorang
Taeyeon. Wajah cemasnya berkelebat diwajahku. Biarpun aku bilang ia tak
berguna, mengapa ia mencemaskanku? Ini sahabat, sahabat sejati. Aku tersenyum,
miris rasanya membuatnya menangis padahal ia yang melukis hariku. Mengganti
hari lalu, hari yang datar, hanya hitam lalu dibantu putih. Warna datar tanpa
menjelaskan apa itu hidup, dan aku merasakan, hitam itu didominasi biru, dan
lalu pink, dan pada akhirnya menjelaskan warna berbeda.
“Tae-aah,” kataku. “Aku salah,”
kataku. Penuh penekan kuakhiri kata salah, sungguh, aku rasa bilang begitu
belum sebanding dengan perih yang tak akan sembuh dilubuk hati dalam milik
seorang Taeyeon. “Aku salah, aku memilihmu daripada Chanyeol ...,” kataku
miris.
“Ya, aku tahu,” isak Taeyeon
menangis.
“Taeyeon, bila kau menanyakan aku pilih
siapa, aku memilihmu,” isakku menangis, “aku bermimpi, Tae, aku ada dimasa
laluku. Sungguh, pedih rasanya tahu arti sahabat, pedih, Tae, pedih tahu
sahabat berharga daripada sebuah pacar.”
“Tiff, kau jangan menangis, besok
aku kembali ke sekolah,” kata Taeyeon. “Dan aku akan ada disisimu, Tiff. Tentu
saja.”
“Jadi..., locksmith?”
“Ya, tentu saja, Locksmith.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar