Jumat, 29 November 2013

If

IF
***
Boyfriend or bestfriend?
***
Author: Lucky Spazzer
Genre: Romance, Friendship, Sad
Cast:
~Hwang Mi Young
~Kim Taeyeon
~Park Chanyeol
Length: Drabble
***


Taeyeon-Tiffany, siapa yang tidak kenal? Dua sahabat sejati sejak bumi tercipta, sampai pada dunia berakhir. Dua mahasiswi yang terkenal oleh kecantikan, kepintaran, dan juga keramahan mereka. Sahabat yang melekat kuat, tak mampu dipisahkan oleh tsunami, mereka benar-benar tidak bisa digantikan. Tapi, hanya satu yang kini membedakan dua sahabat itu, Taeyeon tidak punya pacar sedangkan Tiffany sudah punya.
Mungkin, semua orang menduga dengan adanya Chanyeol dalam Locksmith( nama sahabat untuk Tiffany-Taeyeon ), Locksmith akan hancur begitu saja. Gembok dan kunci yang akan selamanya dan terikat erat akan musnah begitu saja. Kunci dicabut dan ditemukan oleh kunci yang baru, dan akhirnya mereka berdua meninggalkan gembok tanpa mempedulikan, tapi sebenarnya itu tidak terjadi. Tapi bagaimana jika...,
Iya?
Akankah janji yang dibuat oleh Locksmith hancur dan akhirnya terhempas oleh tembok cinta yang dibangun kokoh oleh Tiffany-Chanyeol? Sedangkan Taeyeon hanya bisa menatap pilu tembok cinta yang dibangun kokoh itu? Menghancurkan cinta antara sahabatnya dan Chanyeol? Itu jahat, dan ia tak akan begitu.
Pagi itu adalah pagi yang cerah di Seoul University, tampak beberapa murid sibuk pada diri sendiri, apalagi kelas Taeyeon-Tiffany, akan ada ulangan Matematika yang melelahkan dan menguras otak.
“Tiffany!” teriak seorang Taeyeon, dengan wajah bocahnya yang periang, ia mampu dinilai sangat childish. Gadis itu dengan polosnya menuju Tiffany-Chanyeol, yang sedang saling bercerita. “Tadi untung kau menelponku tidak bisa menjemputku, jadi aku tidak perlu dihukum oleh Songsaenim Seng-Kyu,” kata Taeyeon.
“Hehehe,” cengir Tiffany masam. “Kamu jadi kesini dengan apa, dong? Bukannya kau tak punya kakak, adik, atau orangtua yang bisa mengantar? Saudara sepupu? Adakah orang yang kau temui? Atau diam-diam kau punya pacar, ya?” selidik Tiffany banyak tanya.
“Bukan semua, aku naik bus,” kata Taeyeon.
“Tidakkah ada pikiran diotakmu ingin punya pacar?” tanya Tiffany. Ia bingung, mengapa sahabatnya itu tidak pernah terpikirkan mempunyai namja, padahal ia cantik. Mungkin karna kepolosannya, banyak namja-namja kurang menyukainya. Atau..., banyak dari mereka yang mencintai Taeyeon tapi tidak berani menyatakannya karena ada Tiffany?
“Gak ah,” kata Taeyeon. “Buat apa? Gak ada pentingnya, kok,” tukas Taeyeon. Buat apa pacar? Apa gunanya? Memangnya dia bisa melakukan semua hal yang bisa membuatku tersenyum atau tertawa? Dia hanya pendamping hidup, kan? batin Taeyeon.
“Tapi, itu untuk masa depanmu!” kilah Tiffany.
“Eh? Masa depanku?” tanya Taeyeon polos. Sebenarnya, semua mengira Tiffany lebih tua daripada Taeyeon, padahal itu berbanding balik dari yang dikira. “Apa maksudmu?”
“Menjadi suamimu, hehehe,” nyengir Tiffany. Taeyeon berdecak, ia kira apa, ternyata hanya itu-ia mengeluh.
“Fany, bisa gak, temani aku beli sweater untuk musim dingin?” mohon Taeyeon. “Sweater-ku sudah pada rusak, come’on! Kumohon, ya!” pinta Taeyeon berusaha menunjukan aegyo terbaik yang ia bisa. Tiffany menghela nafas-Taeyeon tahu arti dari helaan itu, penolakan yang menusuk hatinya.
“Tidak bisa,” kata Tiffany.
“Wae?” tanya Taeyeon berselidik. Tiffany tak mungkin menolak keinginannya semudah itu, ia punya alasan penting. Apalagi menolak membelikan sweater, yang sebetulnya benar-benar IA BUTUHKAN!
“Ya..., ada acara keluarga,” kilah Tiffany. Ia berusaha bertampak santai, ia tahu Taeyeon tidak semudah itu untuk dibodohi.
“Benarkah?” tanya Taeyeon berhasil membuat Tiffany kembang kempis saking bingung harus mengelak apalagi. “Aku tahu kau bohong, apa, Tiff? Kekekeke, aku bukan hantu atau penjahat, kok,” tawa Taeyeon hambar. Semua tahu, itu bukan tawa seorang Taeyeon.
“Baiklah, aku menyerah, kau terlalu sulit untuk dibodohi seorang Tiffany,” kata Tiffany, “ya, sebenarnya ini sudah Anniversary hubunganku dan Chanyeol, kami berniat merayakannya dengan pesta kecil dirumahnya. Berbagi kue, menuju Lotte World, dan akhirnya berkencan disebuah restoran mewah.” Sebenarnya, itu adalah ‘kencan’ yang layaknya seorang bangsawan tingkat atas. Seperti konglemart saja, itu yang ada dibenak Taeyeon. Tapi, yang keluar dari mulut Taeyeon bukan ada yang dibenaknya. Yang sudah benar-benar menusuk hatinya sepenuh hati.
“KAMU ITU PILIH SAHABAT ATAU PACAR, SIH?! APA AKU HANYA ASAP LEWAT DIMATAMU, TIFFANY?!?” bentak Taeyeon miris. Dari setiap penekanan pada katanya, ada sebuah kesedihan terbentuk, kesedihan yang sangat banyak. Kesedihan yang sudah tak bisa dibendung oleh matanya, air penuh kesedihan itu mengalir deras. Miris. Semua orang yang melihatnya sungguh, mereka sangat menggangap Taeyeon dalam keadaan yang begitu sengsara, sahabatnya memilih pacarnya.
“Tentu pacar, apa gunanya sahabat?” tanya Tiffany dengan polos, tanpa mempedulikan air yang dengan deras membasahi pipi indah Taeyeon. Sungguh, kata Tiffany dialurkan tanpa sekalipun ada penyesalan, hanya datar tanpa rasa belas kasih untuk keadaan Taeyeon, sungguh, apa yang merasuki seorang Tiffany? Semua orang menganga.
“Tiffany! SAHABAT JUSTRU LEBIH ‘BAIK’ DARIPADA PACAR! KAU MUNGKIN PUNYA SERIBU TEMAN, TAPI MEREKA TAK ADA GUNANYA UNTUKMU! SATU SAHABAT LEBIH BAIK DARIPADA SERIBU TEMAN! INGAT ITU!” Taeyeon menekan setiap katanya, ia sungguh marah, tetesan air sudah benar-benar meluas dipipi mulus Taeyeon. Sungguh, ingin digampar pipi Tiffany saat itu juga. “Apa gunanya kau?! Sahabat tak berguna!” Taeyeon pergi, ia benar-benar menyusut saat itu, ia merasa, tak ada Tiffany  yang akan menemaninya.
Locksmith sudah benar-benar hancur.
***
IF
***
“Tiffany, apakah kau memilih aku, atau Taeyeon?” tanya Chanyeol berusaha menanyai pacarnya, ia benar-benar tidak enak oleh sikap Tiffany yang acuh tak acuh pada sahabatnya, ia merasa bersalah pada Taeyeon. Sungguh, ia pun ingin menggampar Tiffany yang masih cuek, seolah tak tahu apa keadaan miris Taeyeon. Tiffany, seolah-olah tidak peduli. Seolah-olah Taeyeon hanya angin yang berbentak padanya, seolah-olah hanya iblis yang tidak perlu diuruskan. HANYA ANGIN.
“Kau,” jawab Tiffany. “Kenapa? Masalah? Bukannya harusnya kau senang bila aku membela kau daripada Taeyeon?” tanya Tiffany.
“Fany...,” pekik Chanyeol. “Kau..., gak apa-apa, kan?”
“Ih, Yeollie!” kata Tiffany gemas. “Memangnya aku siapa, sih? Kau takut banget, aku memang Hwang Mi Young, kok.”
“Tiffany, i’m sure, it’s not you!” kata Chanyeol.
“Ya sudah kalau gak percaya,” kata Tiffany kesal, “bye!”
Itu bukan Tiffany.
***
IF
***
Sejak Locksmith hancur, seolah-olah sekolah tak punya penerang apa-apa. Tiffany selalu datar dan cuek, entahlah, tanpa ada sebab tertentu. Tapi, semua orang memusuhi gadis itu, dan gadis itu menjadi pendiam. Semua orang memihak Taeyeon. Taeyeon sendiri dikabari mogok sekolah karena trauma oleh sikap Tiffany, mungkin ia perlu satu minggu dan itu sangat mengecewakan banyak orang. Terutama; Songsaenim Hee-San, anak bintangnya mogok sekolah hanya karena Tiffany bilang ‘apa gunanya sahabat’. Sungguh, Taeyeon merasa tertusuk oleh beribu pisau tajam.
Tiffany masuk ke sekolah dengan cuek, walau semua orang meliriknya sengit. Sejak hari marahnya seorang Taeyeon, Tiffany sering mendapat pesan kertas tanpa majikan diloker miliknya, seperti Jelek!, Apa sih, salah Taeyeon sampai kau begitu padanya? Tidakkah ada belas kasih untuknya?, atau kalimat buruk lainnya yang sering membuat Tiffany menitikkan air mata. Seolah-olah sekolah ini memusuhinya, dan hanya ada ‘satu’ orang yang mau menemaninya, dalam suka maupun duka, Chanyeol. Apakah itu penyebab Tiffany memutuskan memilih ‘pacar’ dibanding ‘sahabat’? Tapi, Tiffany memang berotak buntu, ia tidak tahu masa lalunya, yang dipenuhi oleh warna karena seorang Taeyeon, hidupnya yang penuh tawa karena Taeyeon. Seolah-olah, bayang itu sirna dan terhapus. Masa lalunya seolah-olah diisi oleh Chanyeol, tak ada Taeyeon dalam kehidupannya. Apakah gadis itu lupa, apa masa lalunya? Apakah ia buta karena kasih sayang? Buta karena cinta? Ya.
Tiffany POV
Kurapatkan jaket pada tubuhku, jujur, inikah yang namanya... Dimusuhi? Mungkin kalian pernah punya musuh. Tapi tidak sebanyak aku, jujurkah! Musuhku adalah SEMUA ORANG DISEKOLAH. Seolah-olah disekolah ini aku tidak ada apa-apanya. Apa salahku hingga mereka semua memihak Taeyeon daripada aku? Apakah ini yang disebut ‘adil’? Tidak, ini bukan sebuah keadilan yang semestinya, seolah-olah mereka meng-‘anaktiri’-kan antara aku dan juga si Taeyeon. Seolah-olah aku debu yang harus disapu jauh-jauh dan tidak boleh kembali, tapi aku tertiup kembali sehingga mereka harus menyapuku kembali.
Handphone-ku berbunyi, ada sesuatu yang tidak beres-itu yang ada dibenakku. Tidak, itu bukan ‘sesuatu’ yang tidak beres. Chanyeol mengirimkan pesan padaku, seperti ini bunyinya: ‘Tiffany, siapa masa lalumu? Aku, apa ada orang yang lain? Yang mewarnai hidup kau? Pikirkan, Fany, berikan jawabannya padaku. BESOK. Kutunggu, kau harus secepatnya berpikir. Ini mengenai ‘sesuatu’. Tiffany, aku sangat senang bila kau tidak mengabaikan pesan ini, apa alasanmu bilang sahabat tak berguna? Pikirkan sekali lagi’.
Sungguh, kurasa Chanyeol seolah-olah ‘turut’ memihak Taeyeon. Apa aku pantas ditendang oleh kaki mereka? Chanyeol memihak Taeyeon, tapi ia masih punya kasih sayang padaku, apa dia menyimpan suatu rasa pada Taeyeon? Sehingga ia mengirim pesan padaku? Dengan cepat kujawab dengan sengit.
‘Yeollie, apa kau suka Taeyeon? Mengapa kau menanyakannya? Sadis, ya, nyaris semua orang disini membenciku. Apa kau juga, Yeollie? Apakah kau iya?’
Aku melempar asal handphone-ku dalam tas, lalu aku segera me-resleting tasku, sungguh, apakah aku benar-benar dibenci semua orang disini? Apakah aku tak boleh mendapat secerca kasih sayang dari mereka semua? Tidak bisakah? Apa hidup mereka tergantung oleh adanya Locksmith? Bila iya, mereka benar-benar tidak punya tujuan hidup!
“Hei, Tiffany! Kau seenaknya saja ya, memaki Taeyeon seperti itu! Apa salah gadis seperti itu, sih?” hina seorang gadis, gadis itu berambut cepak. Lalu ia melempariku dengan sebuah jamur warna cokelat. Aku melemparnya, tepat pada kakinya. Lalu ia mendatangiku dan langsung memasukan jamur itu pada mulutku. Perutku mual dalam seketika. “Ini pantas untuk anak kurang ajar sepertimu!”
Ya ampun, jamur itu seperti jamur beracun! Aku muntah ditempat, ya ampun, perutku sangat mual. Chanyeol yang hanya melihat setengah aksi murid berambut cepak( yang ternyata sunbae-ku ) langsung menuju ruang guru, melaporkan apa yang ia lihat. Seiring aku berjalan, semua melirik jijik padaku. Tanpa aku sadari, sebuah air menetes dari pelupuk mataku, ya ampun. Aku menyadari bahwa aku menangis, aku terlihat lemah dihadapan mereka. Sungguh, dunia benar-benar tidak ada adilnya padaku.
“Lihat, gadis itu! Hen Soo, kau baru melakukan apa?” cemas gadis berambut kriwil menuju gadis berambut cepak. Gadis yang disebut Hen Soo tertawa renyah.
“Kumasukan jamur yang kumasak gosong ditaburi garam padanya, dia muntah, hahaha,” tawa gadis yang baru saja menyiksaku, Hen Soo. Tiba-tiba saja Chanyeol datang, ia datang dengan terengah-engah.
“Maaf aku terlambat, aku ada urusan,” mohonnya. Aku mengganguk. Mukaku kuyakini sangat pucat, melebihi mayat. “Tiffany? Fany? Bagaimana bila kita ke UKS?”
Tapi..., pandanganmu, berakhir dan aku merasakan ada yang beda padaku.
***
IF
***
Yang kuingat sekarang aku pingsan dan lalu menuju sini. Kulihat dua gadis bermain bersama, yang satu bermuka polos seperti bocah, layaknya seorang Taeyeon, dan satunya gadis dengan eyesmile yang serba suka warna merah muda, sepertiku. Mereka bermain bersama, dengan riang. Aku termanggu, ingin kutanyakan, aku dimana. Tapi bayang kedua gadis itu, seperti ada dipelupuk masa laluku. Aku terdiam, mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi. Aku menepuk bahu gadis itu. Tapi, tanganku menembusnya... Aku.. Sudah... Mati?!
Belum, kuyakin belum! Aku menuju gadis itu, terduduk, membiarkan dunia menceritakan apa yang terjadi sekarang. Mereka akan menjelaskannya, sebentar lagi, aku melihat saksama, gadis yang polos, seperti pengisi hidupku. Dan, aku tahu kita dimana. Dirumah appa dan eomma-ku yang dulu.
“Hahaha, Taeyeon, kena kau!” teriak gadis yang berpakaian serba pink. Aku termanggu, panggilan kecil itu, seperti..., panggilanku dalam masa kecilku!
“Hish, Hwang Mi Young! Kau menyebalkan!” gadis yang disebut Taeyeon merenggut imut, tunggu, Hwang Mi Young? Itu, NAMAKU! Jadi, gadis yang seperti monster merah muda itu adalah ...., AKU. Taeyeon kecil terkekeh, Taeyeon..., ia adalah pewarna hidupku.
“Jangan panggil aku begitu, Tae-aah!” bentak Tiffany kecil. Aku menitik, aku salah memilih, pendamping hidupku dan perias hatiku bukan Chanyeol. Tapi Taeyeon.
“Hehehe, kau nakal sih!” kata Taeyeon sembari menjulurkan lidahnya. Aku seperti terbang meninggalkan mereka, tiba-tiba, aku baru ingat. Ini masa laluku, yang berwarna.
***
IF
***
“Kau sudah sadar, Fany-aah?”
Sapaan lembut menanti, aku tahu suara manis siapa itu. Yang baru saja melesat dalam bayangku, itu seorang Taeyeon. Wajah cemasnya berkelebat diwajahku. Biarpun aku bilang ia tak berguna, mengapa ia mencemaskanku? Ini sahabat, sahabat sejati. Aku tersenyum, miris rasanya membuatnya menangis padahal ia yang melukis hariku. Mengganti hari lalu, hari yang datar, hanya hitam lalu dibantu putih. Warna datar tanpa menjelaskan apa itu hidup, dan aku merasakan, hitam itu didominasi biru, dan lalu pink, dan pada akhirnya menjelaskan warna berbeda.
“Tae-aah,” kataku. “Aku salah,” kataku. Penuh penekan kuakhiri kata salah, sungguh, aku rasa bilang begitu belum sebanding dengan perih yang tak akan sembuh dilubuk hati dalam milik seorang Taeyeon. “Aku salah, aku memilihmu daripada Chanyeol ...,” kataku miris.
“Ya, aku tahu,” isak Taeyeon menangis.
“Taeyeon, bila kau menanyakan aku pilih siapa, aku memilihmu,” isakku menangis, “aku bermimpi, Tae, aku ada dimasa laluku. Sungguh, pedih rasanya tahu arti sahabat, pedih, Tae, pedih tahu sahabat berharga daripada sebuah pacar.”
“Tiff, kau jangan menangis, besok aku kembali ke sekolah,” kata Taeyeon. “Dan aku akan ada disisimu, Tiff. Tentu saja.”
“Jadi..., locksmith?”
“Ya, tentu saja, Locksmith.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar